Mengapa Bitcoin bisa drop ? Apakah akan terjun bebas. Bitcoin, raja kripto yang sempat menyentuh $120 ribu akhir September lalu, kini terpuruk di bawah $100 ribu untuk pertama kalinya sejak akhir Juni 2025. Pada 4 November, harga BTC anjlok hampir 5% dalam sepekan, menyeret seluruh pasar kripto ke zona merah dengan kapitalisasi total amblas $600 miliar. Penurunan ini datang di tengah euforia pasca-halving April dan ETF spot yang sempat banjiri inflow, tapi kini berganti dengan outflow $186 juta sehari sebelumnya. Bagi investor, ini bukan sekadar fluktuasi—ini sinyal kelelahan pasar yang dipicu macro dan sentimen. Apakah ini awal freefall, atau koreksi sehat menuju rebound? Mari kita bedah penyebabnya, dari faktor eksternal hingga teknikal, plus prospek ke depan.
Faktor Ekonomi Makro: Fed Hantu dan Risk-Off Mood
Penyebab utama drop Bitcoin adalah gelombang risk-off yang melanda aset berisiko, termasuk saham tech dan kripto. Indeks Nasdaq, rumah bagi saham AI seperti Palantir, turun lebih dari 1% pada 4 November karena kekhawatiran valuasi membengkak meski earnings solid. Bitcoin, yang sering bergerak sinkron dengan tech stocks, ikut terseret—turun 12,4% dalam tujuh hari terakhir, sementara Ethereum amblas 20,8% dan Solana 22,2%.
Kunci utamanya: Federal Reserve yang hati-hati soal pemotongan suku bunga. Meski inflasi terkendali, kebijakan moneter ketat bikin yield Treasury 10-tahun naik ke 4,089%, menekan aset spekulatif. Historis, BTC rally saat suku bunga turun—dari $5 ribu Maret 2020 ke $69 ribu November 2021—tapi anjlok saat Fed hawkish, seperti 2018 ketika BTC rontok dari $20 ribu ke $3 ribu. Di November 2025, data inflasi dan ekspektasi policy jadi swing factor: jika inflasi benign, BTC bisa rebound; tapi kalau yield naik lagi, tekanan dollar menguat bakal lanjutkan pelemahan. Tambah lagi, libur pasar Jepang ciptakan likuiditas tipis, amplifikasi volatilitas—posisi leverage Oktober mulai unwind, bikin jual panik.
Outflow Bitcoin dan Kehabisan Bahan Bakar Institusional
Bitcoin sempat dibopong ETF spot AS sejak Januari 2025, dengan inflow kumulatif $20 miliar, tapi kini balik arah. Pada 3 November, ETF Bitcoin catat outflow $186,5 juta—terburuk dalam sebulan—menurut data SoSoValue. Ini sinyal institusi tarik dana dari aset berisiko, terutama setelah BTC gagal manfaatkan seasonal tailwind Oktober (historis naik 19,92%, tapi 2025 malah rugi 3,69%). Untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan, pembelian institusional (ETF plus treasury perusahaan) kalah dengan suplai harian dari miner—900 BTC baru per hari vs inflow yang kering.
Michael Saylor dari MicroStrategy memang tetap beli dip, tapi tren keseluruhan bearish: realized cap BTC di atas $1,1 triliun stabil, tapi on-chain activity lesu. Crypto Fear and Greed Index turun ke 27 (zona “Fear”), dari 59 sebulan lalu, nunjukin sentimen erosi. Pasar kripto total cap $3,5 triliun, dengan BTC dominasi 58% tapi volume turun 3,5%. Ini kelelahan klasik pasca-rally: setelah capai $120 ribu berkat rencana reserve korporat seperti Trump Media ($2,5 miliar), investor ambil untung massal, bikin BTC test support $100 ribu.
Analisis Teknikal Bitcoin: Support Retak, Tapi Bottom Belum Kelihatan
Secara chart, BTC sudah bobol support kunci di $100 ribu—level terendah lima bulan—dan bahkan $101 ribu pada 4 November. Ini mirip pola 2018, ketika Oktober gagal rally dan November anjlok 37%. BTC kini test 200-day EMA di $104 ribu, dengan RSI oversold di 45, nunjukin potensi rebound jangka pendek. Tapi kalau gagal bertahan di $100 ribu, selanjutnya $90 ribu atau bahkan $78 ribu seperti prediksi Peter Brandt—bisa hapus enam bulan rally.
Volume trading 24 jam $109 miliar, tapi OI futures BTC stabil sementara altcoin seperti XRP dan DOGE amblas OI-nya, indikasi capital flight. NUPL (Net Unrealized Profit/Loss) nunjukin weakness lanjut, dengan potensi drop 30% ke $74 ribu kalau macro tak membaik. Historis, November sering jadi “revenge month” setelah Oktober lemah, tapi 2025 beda: halving efek sudah pudar, dan siklus boom-bust ulang—rally ganda pasca-halving, lalu crash cepat.
Kesimpulan
Drop Bitcoin di November 2025 bukan misteri: campuran Fed hawkish, outflow ETF, dan kelelahan risk-off bikin BTC kelelahan setelah rally panas. Apakah akan terjun bebas? Mungkin iya kalau support $100 ribu retak lagi—ke $74 ribu bukan mustahil, apalagi dengan yield naik dan likuiditas tipis. Tapi prospek jangka panjang cerah: prediksi rata-rata $77 ribu-$155 ribu untuk 2025, dengan potensi $150 ribu akhir tahun kalau inflasi jinak dan ETF balik inflow. Bagi holder, ini dip beli ala Saylor; buat trader, tunggu breakout $112 ribu. Yang pasti, BTC tetap volatil—jangan panic sell, tapi diversifikasi. Di dunia kripto, koreksi adalah teman rally selanjutnya.
